Total Tayangan Halaman

Kamis, 23 Juni 2011

Pantai Krakal




     Pantai ini telah mempesona para ahli perencanaan turisme dari luar negeri. Mereka menyarankan bahwa pantai ini harus dipersiapkan sebagai resort pantai, terutama bagi para turis asing (seperti turis resort Nusa Dua di Bali). Ketertarikan mereka dalam mengelola pantai Krakal didukung oleh potensi yang menarik, seperti: sebuah pantai berpasir putih yang landai yang terbentang sejuh 5 km. Selalu ada matahari yang bersinar dari pagi hingga malam selama musim panas dan hujan. Angin pantai selalu berhembus dengan sepoi-sepoi.

      Perjalanan menuju pantai Krakal ini juga melintasi bukit-bukit kapur, diselingi dengan teras-teras batu karang. Hal ini merupakan ciri dari daerah Krakal yang dikelola penduduk. Berdasarkan penelitian geologis, pada zaman yang silam, daerah ini merupakan dasar dari lautan yang oleh proses pengangkatan yang terjadi pada kerak bumi, dasar laut ini semakin lama semakin meninggi dan akhirnya muncul sebagai dataran tinggi. Batu-batuan karang yang nampak pada waktu itu merupakan bekas rumah binatang karang yang hidup di air laut saat itu.

      Pantai Krakal merupakan pantai yang paling indah, di antara seluruh hamparan pantai di sepanjang pulau Jawa. Pantai ini akan dibangun menjadi kawasan pantai dan perkampungan wisatawan, khususnya wisatawan asing, semacam tourist resort Nusa Dua di pulau Bali. Pantai Krakal, bentuk pantainya landai, berpasir putih, terhampar sepanjang lebih dari 5 km. Pantai ini menerima panas matahari dari pagi hingga petang hari sepanjang tahun. Angin laut yang terhembus sangat sejuk, ombaknya cukup besar.

Meskipun masih satu mata rantai dari kunjungan ke Pantai Baron dan Pantai Kukup, nuansa perjalanan menuju lokasi Pantai Krakal sedikit berbeda. Bahkan boleh dikatakan, Pantai Krakal memberikan gambaran seutuhnya tentang panorama pantai. Disepanjang perjalanan menuju lokasi pantai ini, terlihat keindahan pemandangan bukit-bukit kapur diselingi dengan teras-teras batu karang.

      Paduan bebatuan seperti ini dikenal dengan nama daerah karst, yakni bekas dasar laut yang mengalami proses pengangkatan kerak bumi sehingga menjulang ke atas membentuk sebuah dataran tinggi. Batu-batu karang ini dulunya adalah bekas sarang/rumah binatang karang yang hidup pada saat itu. Pantai Krakal relatif landai. Hal ini memungkinkan sinar mentari menghidupkan cakrawala perpantaian, dan angin laut berhembus dengan sejuk. Pasir putih terhampar cukup panjang di tepian pantai, yakni sekitar 5 km, seolah selalu putih bersih dibasuh oleh deburan ombak yang cukup besar.

      Untuk mencapai pantai Krakal Anda harus melalui Wonosari, ibukota kabupaten Gunungkidul, sekitar 38 km dari Yogyakarta. Jalan yang berliku-liku dan menanjak sudah diaspal dengan baik. Pantai Krakal terletak kira-kira 21 kilometer dari Wonosari, lokasinya terletak sekitar 7 km ke timur dari jalan utama yang bercabang ke pantai Baron. Para ahli geologi mengatakan bahwa dahulu, tempat ini berada dibawah permukaan laut.

      Di dalam karangnya, masih banyak fosil yang masih dapat ditemukan. Diantara semua pantai yang membentang di pantai Jawa, Krakal adalah yang paling indah dengan pasirnya yang putih dan dikelilingi dengan tebing-tebing. Sementara itu ombaknya yang besar dan juga buihnya yang putih memberikan nuansa lebih pada pantai ini.


      Secara keseluruhan, merupakan tempat yang paling cocok untuk berjemur. Pantai ini juga menawarkan tanaman laut yang beraneka macam jenisnya dan beragam warnanya. Pantai Krakal sangat dekat dengan pantai Kukup dan Teluk Baron. Teluk ini kenyataannya adalah merupakan saluran air bawah tanah yang keluar tepat di tepi pantai.

Sumber: SuaraMerdeka

Jumat, 10 Juni 2011

Parangtritis, Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta

Pantai Parangritis



    Pantai Parangtritis adalah tempat wisata terbaik untuk menikmati sunset sambil having fun menaklukkan gundukan pasir dengan ATV (All-terrain Vechile) ataupun menyusuri pantai dengan bendi dalam senja yang romantis.
    Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
    Pssst, AlamKITA akan memberitahu sebuah rahasia. Belum banyak orang tahu bahwa di sebelah timur tebing ini tersembunyi sebuah reruntuhan candi. Berbeda dengan candi lainnya yang terletak di daerah pegunungan, Candi Gembirawati hanya beberapa ratus meter dari bibir Pantai Parangtritis. Untuk menuju candi ini, kita bisa melewati jalan menanjak dekat Hotel Queen of the South lalu masuk ke jalan setapak ke arah barat sekitar 100 meter. Sayup-sayup gemuruh ombak laut selatan yang ganas bisa terdengar dari candi ini.
    Pantai Parangtritis sangat lekat dengan legenda Ratu Kidul. Banyak orang Jawa percaya bahwa Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai laut selatan. Hotel Queen of the South adalah sebuah resort mewah yang diberi nama sesuai legenda ini. Sayangnya resort ini sekarang sudah jarang buka padahal dulu memiliki pemandangan yang sanggup membuat kita menahan nafas.
Sunset Romantis di Parangritis
Sunset
    Ketika matahari sudah condong ke barat dan cuaca cerah, tibalah saatnya untuk bersenang-senang. Meskipun pengunjung dilarang berenang, Pantai Parangtritis tidak kekurangan sarana untuk having fun. Di pinggir pantai ada persewaan ATV (All-terrain Vechile), tarifnya sekitar Rp. 50.000 - 100.000 per setengah jam. Masukkan persneling-nya lalu lepas kopling sambil menarik gas. Brrrrooom, motor segala medan beroda 4 ini akan melesat membawa Anda melintasi gundukan pasir pantai.
    Baiklah, ATV mungkin hanya cocok untuk mereka yang berjiwa petualang. Pilihan lain adalah bendi. Menyusuri permukaan pasir yang mulus disapu ombak dengan kereta kuda beroda 2 ini tak kalah menyenangkan. Bendi akan membawa kita ke ujung timur Pantai Parangtritis tempat gugusan karang begitu indah sehingga sering dijadikan spot pemotretan foto pre-wedding. Senja yang remang-remang dan bayangan matahari berwarna keemasan di permukaan air semakin membangkitkan suasana romantis.
    Pantai Parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain layang-layang bersama si kecil juga tak kalah menyenangkan. Angin laut yang kencang sangat membantu membuat layang-layang terbang tinggi, bahkan bila Anda belum pernah bermain layang-layang sekalipun.
    Masih enggan untuk pulang walau matahari sudah terbenam? Tak lama lagi beberapa penjual jagung bakar akan menggelar tikar di pinggir pantai, kita bisa nongkrong di sana hingga larut malam. Masih juga belum mau pulang? Jangan khawatir, di Pantai Parangtritis tersedia puluhan losmen dan penginapan dengan harga yang terjangkau.
See Sunset

Kamis, 02 Juni 2011

Bintan


Pantai Bintan
     Ekowisata berbasis komunitas untuk mempromosikan Budaya Melayu dan Keindahan Alam di Pulau Bintan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

     Pulau Bintan merupakan pulau terbesar diantara pulau-pulau lainnya yang ada di propinsi termuda Indonesia, yaitu propinsi Kepulauan Riau. Letaknya sangat strategis karena berbatasan langsung dengan negara tetanga Singapore dan Malaysia. Jarak tempuh dari Singapore ke Tanjung Pinang hanya 2 jam dengan menggunakan Ferry. Bahkan bagian utara Pulau Bintan, yaitu Lagoi dapat ditempuh hanya dalam waktu 55 menit. Karena letaknya yang strategis, sudah sejak lama Bintan menjadi pusat perdagangan dan pariwisata. Pariwisata semakin berkembang ketika diterapkannya kebijakan bebas visa bagi wisman asal negara Asean, seperti Singapore dan Malaysia.
     Setiap tahun Pulau Bintan dikunjungi oleh sekitar 500 ribu orang wisatawan mancanegara. Ada dua tujuan wisata di Bintan, yaitu Tanjung Pinang yang menjadi ibu kota propinsi Kepulauan Riau dan Kawasan Wisata Internasional Lagoi, Kab. Bintan yang terletak di utara P. Bintan. Wisman yang datang ke Tanjung Pinang di dominasi oleh turis dari Singapore dan Malaysia, umumnya mereka datang untuk berbelanja (shopping) atau mencari hiburan semata. Sedangkan turis yang datang ke Kawasan Wisata Lagoi lebih beragam, biasanya mereka datang dengan tujuan untuk berlibur, bulan madu atau berolah raga, khususnya golf.
     Banyaknya jumlah wisman yang berkunjung ke P. Bintan memang telah meningkatkan perekonomian dan menciptakan banyak lapangan kerja. Pariwisata menjadi tulang punggung penggerak roda perekonomian dan menjadi salah satu sumber pendapatan utama pemerintah setempat, khususnya penerimaan dari pajak hotel dan restaurant. Namun, sayangnya hiruk pikuk dan gemerlap pariwisata ini belum bisa dinikmati sepenuhya oleh penduduk asli, mereka kalah bersaing dengan pendatang yang umumnya memiliki keuletan, keterampilan dan pendidikan yang relatif lebih baik dari penduduk lokal.
Pulau Bintan
     Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam bidang pariwisata, pada tahun 2002 digulirkan proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas dengan nama Bintan Ecotourism Venture Project (BEVEP). BEVEP bertujuan untuk memberikan alternatif pendapatan dengan menjadi pelaku pariwisata di desanya masing-masing. Tujuan lain yang hendak dicapai dalam proyek ini adalah menjaga kelestarian lingkungan dan mempromosikan budaya Melayu Riau.
     Kegiatan utama Proyek Ekowisata berbasis komunitas ini adalah meningkatkan keterampilan penduduk lokal dalam bidang pariwisata melalui serangkaian kegiatan pelatihan yang relevan. Kegiatan lain adalah memperbaiki infrastruktur desa serta membangun berbagai sarana pariwisata yang diperlukan. Dengan di bantu konsultan ahli dalam dan luar negeri kemudian di rancang beberapa produk ekowisata sesuai dengan potensi yang ada di kedua desa tersebut. Setelah melakukan beberapa kali uji pasar dan justifikasi, akhirnya produk ekowisata siap untuk dipasarkan. Seluruh kegiatan proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat setempat. Lebih jauh lihat Proyek Bevep.
     Usaha ekowisata ini selanjutnya dioperasikan oleh masyarakat setempat melalui wadah organisasi Yayasan Ekowisata yang telah dibentuk sebelumnya di setiap desa. Produk ekowisata yang dijual antara lain Ekowisata Memancing Tradisional di Sungai Sebong, Ekowisata Mendaki Gunung Bintan, Ekowisata Budaya Desa, Ekowisata Bersepeda Melintasi hutan, pantai, perkebunan dan kawasan pemukiman, Ekowisata Memancing ke Tengah Laut, Ekowisata Menjelajah Desa dengan Bersepeda, dsb. Pangsa pasar ekowisata adalah wisman yang berkunjung ke kawasan wisata Lagoi. Kegiatan promosi dan pemasaran dilakukan oleh PT Bintan Resort Cakrawala yang merupakan mitra kerja Yayasan Ekowisata.
Pinggiran Pantai Bintan
Kolam Renang Hotel di Bintan

Rabu, 01 Juni 2011

Air Terjun Si Piso Piso



Keindahan Si Piso Piso
     Udara sejuk dan pemandangan hijau selalu menjadi idaman warga kota, apalagi jika ditambah suara ritmis air terjun dan kicau burung. Itulah yang tersaji pada obyek wisata Air Terjun Sipiso-piso di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Obyek wisata ini merupakan andalan Kabupaten Karo selain Bukit Gundaling dan wisata perkebunan.

      Nama Sipiso-piso konon berasal dari kata piso atau pisau. Warga sekitar melihat bentuk air terjun yang menghujam itu mirip dengan sebilah pisau. Saat mandi di dasar air terjun dan merasakan guyuran air serasa seperti dihujani ribuan pisau. ”Begitu cerita yang beredar di masyarakat,” kata Pasriyanto Sembiring (37), warga setempat. Versi lain, nama Sipiso-piso melekat pada air terjun itu karena lokasinya hanya selemparan batu dari Bukit Sipiso-piso.

     Air terjun Sipiso-piso berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Air terjun ini jatuh dari tebing setinggi 120 meter menuju lembah yang dikelilingi perbukitan dan pohon pinus.  Airnya langsung mengalir ke Danau Toba, Desa Tongging yang hanya berjarak 2 kilometer. Itu sebabnya, selain menikmati air terjun, Anda bisa langsung melihat lanskap danau vulkanik terbesar di dunia itu.

     Bila ingin sekadar menyaksikan keindahan Air Terjun Sipiso-piso, Anda bisa menikmati panoramanya dari bibir tebing. Tentu sensasinya kurang mantap dibandingkan langsung turun ke dasar tebing dan merasakan sejuknya air terjun. Untuk mencapai dasar tebing, Anda bisa menuruni bukit melalui jalan setapak berjarak 1 kilometer. Sekitar setengah perjalanan ada pos untuk beristirahat.

     Butuh waktu satu jam untuk menuruni jalan itu dan satu setengah jam untuk kembali naik. Segala rasa capai dan lelah terbayar begitu sampai di dasar air terjun yang begitu menyegarkan. Coba duduk sejenak, dengarkan suara air yang membentur dasar tebing, serasa butiran bening itu menerpa wajah. Sejuk tak terkira!

     Ajaklah satu atau dua orang teman saat turun, sekadar jaga-jaga apabila terjadi sesuatu. Hati-hati menuruni jalan ini karena semua besi pagar pembatas jalan hilang akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Seorang yang sedang berpose.

     Stamina menjadi perhatian penting saat turun ke dasar air terjun. ”Kalau tidak biasa jalan jauh, sebaiknya jangan turun deh. Bisa jadi enggak bisa balik karena naiknya butuh tenaga lebih besar,” ujar Dimas Sitepu (31), pengunjung, saat beristirahat di pos sambil mengelap keringat. Dia harus beristirahat sekitar setengah jam sebelum kembali menaiki jalan setapak. Saat itu Dimas, yang warga Kota Medan itu, datang bersama delapan anggota keluarganya. Sebagian memilih menikmati air terjun dari bibir tebing karena merasa tak cukup tenaga untuk menuruni punggung bukit.

     Itu sudah cukup bagi mereka untuk menghilangkan penat. Hijau dedaunan, suara angin dipadu suara air terjun, serta hijau punggung perbukitan mampu menenangkan batin. ”Kalau di rumah lagi suntuk dan pekerjaan bikin pusing, saya sering ke sini,” kata Titus Tarigan (50), warga Berastagi yang sudah enam kali datang ke Sipiso-piso.

     Setelah menikmati kesejukan Sipiso-piso dan tak lupa foto-foto, pengunjung berangsur-angsur berkurang. Menjelang senja, pengunjung memang sudah menarik diri.

     Ingin berlama-lama di Sipiso-piso? Anda bisa bermalam di Desa Tongging, persis di bibir Danau Toba. Dari Sipiso-piso, Anda harus menuruni jalan berliku sepanjang 4 kilometer. Tenang, di sepanjang jalan ini mata Anda dimanjakan oleh keelokan panorama perbukitan dan lembah yang ditumbuhi pinus. Dari jauh kelihatan barisan pohon pinus tumbuh di punggung bukit.

     Sesampai di Desa Tongging, pilihlah tempat menginap sesuai kebutuhan dan uang di kantong. Harga sewa Rp 100.000-Rp 500.000 per malam.

     Tongging juga menjadi pelengkap wisata alam karena di sini Anda bisa menikmati pantai Danau Toba atau sekalian menyewa kail untuk memancing. Bila kulit Anda sensitif, sebaiknya hati-hati karena di tepian danau ini terdapat ratusan kerambah ikan yang residu pakannya sudah mencemari air danau. Bisa jadi kulit Anda terserang gatal-gatal tatkala main di danau.
Sekiranya penginapan di Tongging kurang sesuai selera, meluncurlah ke Berastagi untuk mencari hotel berbintang. Jarak Tongging ke Berastagi hanya 25 kilometer.

     Ada beberapa jalan akses untuk mencapai Sipiso-piso, antara lain dari Medan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum dengan tarif Rp 30.000 sampai Rp 35.000. Butuh waktu tempuh sekitar dua setengah jam perjalanan lewat Berastagi-Kabanjahe-Merek.
Bisa juga mengambil jalan dari Medan-Lubuk Pakam-Kota Siantar dengan jarak tempuh sekitar lima jam. Sebagian besar pengunjung memilih jalur pertama karena lebih mudah dan singkat. Sebaiknya membawa kendaraan pribadi bila ingin lebih leluasa menikmati suasana.

     Pengunjung perdana perlu memerhatikan kondisi jalan, terutama yang memilih jalur Berastagi. Kondisi jalan dari Pancur Batu hingga Sipiso-piso banyak berlubang, khususnya Jalan Tiga Panah. Di jalan ini tersebar puluhan lubang menganga sedalam 40-50 sentimeter dengan diameter sampai 4 meter. Bila hujan turun, jalan berubah menjadi kubangan air.

     Jalan nasional ini sudah bertahun-tahun rusak, tetapi tidak ada perbaikan berarti dari pemerintah. ”Kami sudah berkali-kali menyampaikan ke pemerintah pusat dan Provinsi Sumut, tetapi ya tetap begitu. Banyak wisatawan yang kapok datang ke Karo lantaran jalan rusak itu,” kata Dinasti Sitepu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Karo.

     Kondisi infrastruktur Sipiso-piso tidak begitu bagus. Jalan tidak mulus dan sampah berserakan di mana-mana. Hal ini menunjukkan kesan tidak adanya perawatan berarti. Padahal, pendapatan asli daerah dari Sipiso-piso mencapai Rp 150 juta per tahun dari sekitar 150.000 pengunjung per tahun.

     Dinasti memaparkan, sudah dua tahun ini tidak ada anggaran perawatan untuk Sipiso-piso. Alasannya, Dana Alokasi Umum Kabupaten Karo yang mencapai Rp 426 juta per tahun habis untuk gaji pegawai sebanyak 92 persen dan sisanya untuk pemeliharaan jalan kabupaten.

Pemandangan dari bawah air terjun.
     Di berbagai daerah, obyek wisata alam seperti Air Terjun Sipiso-piso ini ibarat angsa bertelur emas. Pemerintah senang menikmati telurnya, tetapi tidak pernah merawat angsanya. Mungkin aparat terkait lupa bahwa angsa bisa rutin bertelur jika gizinya memadai dan dirawat baik-baik.